Ditemukan! Bangkai Helikopter PK-IWS Ditemukan di Medan Terjal Pegunungan Jila, Evakuasi Tertunda Cuaca Buruk
NEWS Burmeso– Dalam sebuah perkembangan yang menegangkan sekaligus memilukan, Basarnas akhirnya memastikan telah menemukan lokasi jatuhnya Helikopter PK-IWS milik PT Intan Angkasa Air Service. Pesawat yang hilang kontak sejak Rabu (10/9) pagi itu ditemukan di kawasan pegunungan Jila, Kabupaten Mimika, Papua Tengah—sebuah wilayah yang dikenal dengan kontur alamnya yang curam dan berbahaya.
Penemuan ini mengakhiri fase pencarian yang menegangkan, namun sekaligus membuka babak baru yang tak kalah sulit: evakuasi dari medan yang sangat menantang di tengah ketidakpastian cuaca Papua.
Akhir dari Pencarian, Awal dari Tantangan Baru
Pengumuman resmi datang dari Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Edy Prakoso, di Jakarta pada Rabu malam. Ia menjelaskan bahwa tim pencarian udara dari pihak perusahaan lah yang berhasil mengidentifikasi titik jatuhnya helikopter tersebut.
“Lokasi berada di sekitar pegunungan Jila dengan kondisi kontur curam,” ujar Edy, menggambarkan medan yang dihadapi oleh tim penyelamat.

Baca Juga: Di Kedalaman Grasberg Block Cave, Operasi Megah Terhenti oleh Bencana Longsor
Namun, kabar penemuan tersebut dibayangi oleh kabar buruk dari kondisi di lapangan. Proses evakuasi korban tidak dapat dilakukan segera pada hari penemuan. Eddhy menyebutkan bahwa cuaca buruk yang menyelimuti kawasan pegunungan menjadi penghalang utama. Visibilitas rendah, awan tebal, dan angin kencang membuat operasi penerbangan dengan helikopter penyelamat menjadi terlalu berisiko.
“Direncanakan proses evakuasi akan dilaksanakan besok pagi (11/9) oleh tim SAR gabungan menggunakan helikopter milik TNI AU dan perusahaan,” katanya. Keputusan ini mencerminkan prinsip keselamatan dalam operasi SAR: tidak boleh menambah korban dalam proses penyelamatan.
Nasib Empat Nyawa yang Belum Pasti
Sementara lokasi telah diketahui, nasib empat orang yang berada di dalam helikopter masih menjadi misteri yang menyayat hati. Kantor SAR Timika melaporkan bahwa helikopter tersebut mengangkut empat jiwa—seorang pilot, co-pilot, dan dua penumpang—dan dinyatakan hilang kontak pada Rabu sekitar pukul 11.38 WIT.
Basarnas secara bijak belum bisa memastikan identitas dan kondisi penumpang. Dalam pernyataannya, mereka meminta dukungan dan doa dari seluruh masyarakat. “Agar proses evakuasi dapat berjalan lancar, seluruh korban berhasil dievakuasi dan tim SAR gabungan yang bertugas bisa kembali dengan selamat,” demikian harapan yang disampaikan, sebuah pengakuan akan betapa berbahayanya misi yang akan mereka jalani.
Melacak Jejak yang Hilang
Rute penerbangan helikopter PK-IWS adalah dari Ilaga, Kabupaten Puncak, menuju Timika, Kabupaten Mimika—sebuah rute yang biasa ditempuh untuk logistik dan transportasi personel di wilayah pedalaman Papua. Aktivitas komunikasi pilot sempat ditangkap radar navigasi di Sentani, Jayapura, memberikan titik awal yang crucial bagi tim pencari.
Awalnya, pihak operator menduga helikopter melakukan pendaratan darurat (force landing) akibat cuaca buruk yang kerap menyapu kawasan pegunungan Papua. Harapan itu pupus setelah hasil identifikasi visual dari tim pencari udara.
Kepala Seksi Operasi dan Siaga SAR Timika, Charles Y Batlajery, dengan berat hati memastikan, “Serpihan bangkai helikopter nahas itu sudah terlihat dan dipastikan mengalami kecelakaan.” Kata “serpihan” yang digunakan mengindikasikan bahwa dampak kecelakaan tersebut sangat keras.
Pegunungan Papua: Keindahan yang Mematikan
Insiden ini kembali menyoroti tantangan logistik dan transportasi di Papua, salah satu wilayah dengan medan terberat di dunia. Pegunungan Tengah Papua dengan ketinggian yang mencapai ribuan meter, ditutupi hutan lebat, dan dengan cuaca yang berubah secara drastis dan tidak terduga, merupakan ujian terberat bagi para pilot.
Cuaca buruk adalah musuh bersama di wilayah ini. Kabut yang tiba-tiba turun, angin gunung (downwash dan upwash) yang berbahaya, serta hujan lebat dapat dengan cepat mengubah sebuah penerbangan rutin menjadi sebuah tragedi. Pilot-pilot yang terbang di Papua dikenal sebagai yang terbaik dan paling berpengalaman, karena mereka harus berhadapan langsung dengan alam dalam bentuknya yang paling purba dan tak kenal ampun.
Menanti Fajar di Pegunungan Jila
Kini, semua mata tertuju pada pagi hari ini, Kamis (11/9). Tim SAR gabungan yang terdiri dari personel Basarnas, TNI AU, dan pihak perusahaan telah bersiap. Helikopter TNI AU dengan kemampuan terbang yang mumpuni di medan sulit diharapkan dapat menjadi tulang punggung evakuasi.
Mereka tidak hanya bertugas untuk membawa pulang korban, tetapi juga untuk mengungkap penyebab pasti kecelakaan. Setiap serpihan, setiap data dari cockpi voice recorder (jika ada), dan kondisi medan akan menjadi petunjuk berharga untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan.
Malam ini, di kaki pegunungan Jila yang gelap dan diselimuti kabut, ada empat nyawa yang nasibnya belum diketahui. Dan di base camp tim SAR, ada para pahlawan tanpa tanda jasa yang berdoa untuk celah cuaca cerah, mempersiapkan diri untuk menjalankan misi kemanusiaan yang penuh risiko.
Seluruh bangsa Indonesia turut berdoa dan berharap, agar esok hari membawa kabar baik dari puncak-puncak gunung di Papua Tengah. Keselamatan bagi korban, dan keselamatan pula bagi para penolongnya.





