NEWS Burmeso– Hubungan antara Australia dan Papua Nugini (PNG) kini memasuki babak baru setelah kedua negara resmi menandatangani Perjanjian Pertahanan Bersama (Defense Cooperation Agreement) di Canberra. Penandatanganan ini dilakukan langsung oleh Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Perdana Menteri Papua Nugini James Marape, menandai tonggak penting dalam kerja sama strategis kawasan Pasifik.
Perjanjian yang disebut sebagai “Pakta Pukpuk” ini bukan sekadar aliansi militer biasa, melainkan bentuk penguatan hubungan dua negara tetangga yang berbagi sejarah panjang, kedekatan geografis, dan tantangan keamanan yang sama. Berikut tiga fakta penting mengenai dampak dari pakta pertahanan tersebut:
1. Mengamankan Dua Negara yang “Memiliki Halaman Sendiri”
Perdana Menteri James Marape menggambarkan hubungan pertahanan ini dengan perumpamaan yang menarik. Ia menyebut perjanjian itu sebagai “satu pagar besar yang mengamankan dua rumah yang memiliki halaman sendiri.”
Ungkapan ini menegaskan bahwa meski Australia dan Papua Nugini adalah dua negara yang berbeda, keduanya memiliki ruang hidup yang saling berdekatan di kawasan Pasifik dan karenanya perlu saling menjaga.
Dalam konteks keamanan regional, perjanjian ini diharapkan memperkuat patroli perbatasan laut, keamanan siber, serta kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan ancaman non-militer lainnya. Papua Nugini memiliki posisi strategis di utara Australia dan menjadi gerbang penting bagi stabilitas kawasan Pasifik Selatan.
Dengan adanya kerja sama ini, kedua negara dapat mengoordinasikan operasi keamanan untuk mencegah penyelundupan, perompakan laut, hingga potensi infiltrasi militer dari kekuatan luar kawasan.
2. Menjaga Perdamaian, Bukan untuk Menghadapi Pihak Tertentu
Meski muncul dugaan bahwa perjanjian ini merupakan bagian dari upaya menyaingi pengaruh China di Pasifik, James Marape menegaskan bahwa pakta tersebut tidak disusun atas dasar geopolitik global, melainkan berorientasi pada perdamaian dan persahabatan antarbangsa.

Baca Juga: Pj Gubernur Agus Fatoni Ajak ASN Papua Jaga Loyalitas dan Profesionalisme
“Perjanjian ini tidak disusun berdasarkan geopolitik atau alasan lain apa pun,” ujar Marape. “Kami menjaga persahabatan dengan semua pihak, dan menganjurkan perdamaian di mana pun kami terlibat.”
Pernyataan itu menunjukkan sikap Papua Nugini yang berusaha tetap netral di tengah rivalitas global, terutama antara Amerika Serikat dan China, dua kekuatan besar yang tengah berebut pengaruh di kawasan Indo-Pasifik.
Sementara itu, Anthony Albanese menambahkan bahwa perjanjian ini juga membuka jalan bagi interoperabilitas — kemampuan kedua negara untuk mengoperasikan aset pertahanan secara bersama. Ia menekankan, “aset terbesar kami adalah rakyat kami,” menegaskan bahwa kerja sama ini juga akan fokus pada peningkatan kapasitas manusia, bukan hanya kekuatan senjata.
3. Papua Nugini Dapat Hak Setara dengan Aliansi “Five Eyes”
Salah satu dampak paling signifikan dari perjanjian ini adalah peningkatan status Papua Nugini dalam kerja sama intelijen dan pertahanan internasional. Menurut laporan ABC, pakta ini memungkinkan PNG memiliki hak yang hampir setara dengan negara anggota “Five Eyes”, yaitu aliansi intelijen yang terdiri dari Australia, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, dan Inggris.
Lebih dari itu, perjanjian ini membuka peluang besar bagi 10.000 warga Papua Nugini untuk bertugas di Angkatan Pertahanan Australia (ADF). Langkah ini tidak hanya memperkuat hubungan militer kedua negara, tetapi juga memberikan kesempatan karier dan pelatihan profesional bagi generasi muda PNG.





