Membangun Jembatan di Atas Piring: Satgas Ops Damai Cartenz Hadirkan Senyum dan Kebahagiaan lewat Makan Bersama di Kiwirok
NEWS Burmeso– Di tengah hamparan pegunungan Papua yang megah, di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, sebuah pemandangan luar biasa terpampang pada Sabtu, 6 September 2025. Bukan hanya keindahan alam yang memesona, tetapi kehangatan manusia yang jarang terlihat. Di sana, seragam hijau tentara dan polisi bersanding dengan koteka dan noken. Suara tawa riang anak-anak menggantikan dentuman yang kerap mencekam. Aroma nasi hangat dan lauk pauk menyeruak, menciptakan suasana yang bukan seperti operasi militer, melainkan seperti sebuah keluarga besar yang sedang berkumpul.
Inilah wujud nyata dari pendekatan humanis yang diusung Satgas Operasi Damai Cartenz: sebuah kegiatan makan bersama yang sederhana, namun sarat dengan makna mendalam untuk mempererat hubungan antara aparat keamanan dan masyarakat.
Lebih dari Sekadar Makan: Sebuah Simbol Kebersamaan
Kegiatan yang dipimpin langsung oleh dua personel kunci Satgas Tindak, Ipda Munawar dan Ipda Pande Made Rama, S.Tr.K., ini dirancang untuk meruntuhkan tembok psikologis yang mungkin telah terbentuk selama ini. Meja makan menjadi medan tempur yang baru—bukan untuk saling berhadapan, tetapi untuk duduk berdampingan.
Baca Juga: Menjelang Putusan MK, Polda Papua Kerahkan Ribuan Personel untuk Amankan Titik Rawan
Acara tersebut berlangsung penuh keakraban. Warga, dari tua hingga muda, terlihat antusias menyambut inisiatif ini. Para orang tua duduk bercengkerama dengan para anggota satgas, berbagi cerita dan mendengarkan keluh kesah. Namun, yang paling menyentuh adalah pancaran kebahagiaan dari anak-anak. Mereka, dengan polosnya, menikmati hidangan sambil berlarian dan tertawa lepas. Senyum sumringah para ibu dan canda tawa para bapak melukiskan sebuah kanvas harapan baru; harapan akan perdamaian yang tumbuh dari hal-hal paling dasar dalam kehidupan: rasa kenyang, keamanan, dan persaudaraan.
Strategi Damai dari Hati: Pendekatan Persuafif yang Menyentuh
Dalam konflik yang seringkali kompleks dan penuh dengan ketegangan, Satgas Ops Damai Cartenz pimpinan Brigjen Pol. Dr. Faizal Ramadhani, S.Sos., S.I.K., M.H., memahami bahwa senjata terkuat bukanlah peluru, melainkan empati. Kegiatan makan bersama ini adalah implementasi langsung dari filosofi tersebut.
“Kegiatan seperti ini sangat penting dilakukan untuk menjaga silaturahmi antar warga dan aparat keamanan,” tegas Brigjen Faizal Ramadhani. “Ini adalah pendekatan persuasif yang sangat sederhana, namun mampu menghadirkan senyum dan rasa nyaman di tengah masyarakat. Kami tidak hanya hadir sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai sahabat dan bagian dari masyarakat Papua.”
Pernyataan ini diperkuat oleh Wakil Kepala Operasi, Kombes Pol. Adarma Sinaga, S.I.K., M.Hum., yang menekankan dimensi kemanusiaan dalam setiap operasi yang dilakukan. “Kami menekankan pentingnya pendekatan kemanusiaan dalam seluruh kegiatan Satgas Damai Cartenz. Aparat keamanan tidak hanya hadir untuk menjaga stabilitas wilayah, tetapi juga untuk berbagi kasih dan perhatian, terutama kepada masyarakat Papua,” jelasnya.
Investasi untuk Kedamaian Jangka Panjang
Komitmen Satgas Ops Damai Cartenz tidak berhenti pada satu acara saja. Kegiatan makan bersama ini hanyalah satu dari serangkaian program sosial dan kemasyarakatan yang menjadi pilar strategi non-kekerasan mereka. Tujuannya jelas: mewujudkan keamanan dan kedamaian yang berkelanjutan (sustainable peace).
Membangun kepercayaan (trust building) adalah fondasi dari segala upaya perdamaian. Ketika warga melihat aparat tidak hanya sebagai sosok yang membawa senjata, tetapi juga yang peduli, berbagi makanan, dan mendengarkan, persepsi mereka perlahan berubah. Kepercayaan ini adalah modal sosial yang sangat berharga, yang akan mempermudah upaya-upaya lain, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Kiwirok Menyimpan Harapan
Momen di Kiwirok pada hari Sabtu itu adalah sebuah microcosm dari Papua yang damai dan harmonis. Ia membuktikan bahwa di balik segala tantangan dan kompleksitas, ada ruang untuk dialog. Ada ruang untuk senyum. Ada ruang untuk berbagi makanan dalam satu piring.
Kegiatan ini mungkin terlihat kecil, tetapi dampaknya sangat besar. Setiap suapan yang dinikmati bersama, setiap jabat tangan, dan setiap tawa yang pecah, adalah batu bata yang menyusun jembatan kokoh antara pemerintah dan rakyat, antara aparat dan warga. Jembatan inilah yang pada akhirnya akan mengantarkan Kiwirok, dan Papua pada umumnya, menuju masa depan yang lebih cerah, aman, dan sejahtera.
Senyum dan kebahagiaan yang dihadirkan pada hari itu adalah bukti nyata bahwa perdamaian sejati tidak hanya dibangun di meja perundingan, tetapi justru dimulai dari meja makan bersama rakyat.





