, ,

Menhut Raja Juli Antoni Minta Maaf ke Masyarakat Papua atas Pembakaran Mahkota Cenderawasih

by -110 Views

NEWS Burmeso– Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni, secara resmi menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Papua atas insiden pembakaran cenderawasih opset dan mahkota burung cenderawasih oleh Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungan kerja reses Komisi IV DPR RI di Denpasar, Bali, yang sekaligus menandai langkah kementerian untuk meninjau kembali pendekatan penegakan hukum terhadap satwa liar yang dilindungi di Indonesia.

Permintaan maaf tersebut muncul setelah munculnya reaksi keras dari masyarakat Papua, terutama di Jayapura dan beberapa kabupaten lain, terkait pembakaran mahkota cenderawasih yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. “Atas nama Kementerian Kehutanan, saya mohon maaf agar apa yang terjadi ini menjadi catatan. Hari ini saya akan mengumpulkan seluruh BKSDA secara daring untuk menginventarisasi hal-hal yang dianggap tabu atau sakral oleh masyarakat sehingga dalam penegakan hukum tidak melanggar kearifan lokal,” ujar Raja Juli.

Pemusnahan Barang Bukti: Legal tapi Sensitif Budaya

Menurut Raja Juli, tindakan pemusnahan barang bukti berupa opset dan mahkota cenderawasih dalam proses penegakan hukum terhadap perdagangan satwa liar memang sah secara hukum. Burung cenderawasih sendiri termasuk satwa yang dilindungi di Indonesia karena populasinya yang rentan dan nilai ekologisnya yang tinggi.

“Secara hukum, apa yang dilakukan BBKSDA itu benar. Namun, jika memperhatikan kearifan lokal, tindakan ini ternyata menimbulkan ketersinggungan di masyarakat Papua,” jelasnya. Ia menekankan bahwa tujuan utama dari penegakan hukum ini adalah untuk melindungi burung cenderawasih dari perdagangan ilegal dan penyalahgunaan.

Lukai Hati Masyarakat Papua, Raja Juli Minta Maaf Soal Pembakaran Mahkota Cenderawasih - ERA.ID

Baca Juga: Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Keerom Papua Tak Berpotensi Tsunami

Selain isu budaya, Menteri Kehutanan juga menyoroti tantangan dalam menjaga populasi liar burung cenderawasih. Burung ini memiliki pertumbuhan liar yang tinggi, tetapi tidak semua jenis berhasil dibudidayakan di penangkaran. Faktor lingkungan seperti suhu udara, cahaya, dan kondisi gelap tertentu menjadi tantangan tersendiri dalam konservasi burung endemik ini.

“Tantangan kita di Burung Cenderawasih memang cukup kompleks. Populasinya banyak, tapi penangkarannya tidak mudah. Kita perlu menjaga agar kekayaan ini tetap lestari, dan masyarakat Papua menjadi bagian dari upaya konservasi ini,” kata Raja Juli.

Reaksi DPR RI: Pentingnya Sensitivitas Budaya

Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi IV DPR RI, Sulaeman L. Hamzah, mengingatkan pemerintah akan pentingnya sensitivitas terhadap budaya setempat. Menurutnya, mahkota cenderawasih memiliki makna khusus dan kerap digunakan dalam upacara adat serta penyambutan pejabat yang datang ke Papua.

BRIMO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.